style="position:absolute; top: 0px; right: 0px;" />

Senin, 29 September 2014

Story of Abimanyu

Arti nama Abimanyu

Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam bahasa Sansekerta, kata Abhiman'yu secara harfiah berarti "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau "yang bersifat kepahlawanan".

Kelahiran, pendidikan, dan pertempuran

Saat belum lahir karena berada dalam rahim ibunya, Abimanyu mempelajari pengetahuan tentang memasuki formasi mematikan yang sulit ditembus bernama Chakrawyuha dari Arjuna. Mahabharata menjelaskan bahwa dari dalam rahim, ia menguping pembicaraan Kresna yang sedang membahas hal tersebut dengan ibunya, Subadra. Kresna berbicara mengenai cara memasuki Chakrawyuha dan kemudian Subadra (ibu Abimanyu) tertidur maka sang bayi tidak memiliki kesempatan untuk tahu bagaimana cara meloloskan diri dari formasi itu.

Abimanyu menghabiskan masa kecilnya di Dwaraka, kota tempat tinggal ibunya. Ia dilatih oleh ayahnya yang bernama Arjuna yang merupakan seorang ksatria besar dan diasuh di bawah bimbingan Kresna. Ayahnya menikahkan Abimanyu dengan Uttara, puteri Raja Wirata, untuk mempererat hubungan antara Pandawa dengan keluarga Raja Wirata, saat pertempuran Bharatayuddha yang akan datang. Pandawa menyamar untuk menuntaskan masa pembuangannnya tanpa diketahui di kerajaan Raja Wirata, yaitu Matsya.

Sebagai cucu Dewa Indra, Dewa senjata ajaib sekaligus Dewa peperangan, Abimanyu merupakan ksatria yang gagah berani dan ganas. Karena dianggap setara dengan kemampuan ayahnya, Abimanyu mampu melawan ksatria-ksatria besar seperti Drona, Karna, Duryodana dan Dursasana. Ia dipuji karena keberaniannya dan memiliki rasa setia yang tinggi terhadap ayahnya, pamannya, dan segala keinginan mereka.

Kematian Abimanyu

Pada hari ketiga belas Bharatayuddha, pihak Korawa menantang Pandawa untuk mematahkan formasi perang melingkar yang dikenal sebagai Chakrawyuha. Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena Kresna dan Arjuna tahu bagaimana cara mematahkan berbagai formasi.

Namun, pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan laskar Samsaptaka. Oleh karena Pandawa sudah menerima tantangan tersebut, mereka tidak memiliki pilihan namun mencoba untuk menggunakan Abimanyu yang masih muda, yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara mematahkan formasi Chakrawyuha namun tidak tahu bagaimana cara keluar dari dalamnya. Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tidak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mematahkan formasi itu bersama Abimanyu dan membantu sang pemuda keluar dari formasi tersebut.

Pada hari penting itu, Abimanyu menggunakan kecerdikannya untuk menembus formasi tersebut. pandawa bersaudara dan sekutunya mencoba untuk mengikutinya di dalam formasi, namun mereka dihadang oleh Jayadrata, Raja Sindhu, yang memakai anugerah Siwa agar mampu menahan para Pandawa kecuali Arjuna, hanya untuk satu hari. Abimanyu ditinggal sendirian untuk menangkis serangan pasukan Korawa.

Abimanyu membunuh dengan bengis beberapa ksatria yang mendekatinya, termasuk putera Duryodana, yaitu Laksmana. Setelah menyaksikan putera kesayangannya terbunuh, Duryodana marah besar dan menyuruh segenap pasukan Korawa untuk menyerang Abimanyu. Karena gagal menghancurkan baju zirah Abimanyu, atas nasihat Drona, Karna menghancurkan busur Abimanyu dari belakang. Kemudian keretanya dihancurkan, kusir dan kudanya dibunuh, dan seluruh senjatanya terbuang. Putera Dursasana mencoba untuk bertarung dengan tangan kosong dengan Abimanyu. Namun tanpa menghiraukan aturan perang, pihak Korawa menyerang Abimanyu secara serentak. Abimanyu mampu bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang ia pakai sebagai perisai hancur berkeping-keping. Tak berapa lama kemudian, Abimanyu dibunuh oleh putera Dursasana dengan cara menghancurkan kepalanya dengan gada.

Arjuna membalas dendam

Berita kematian Abimanyu membuat Arjuna sangat sedih dan sakit hati. Ia sadar, bahwa seandainya Jayadrata tidak menghalangai para Pandawa memasuki formasi Chakrawyuha, Abimanyu pasti mendapat bantuan. Ia kemudian bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari berikutnya sebelum matahari tenggelam. Menanggapi hal itu, pihak Korawa menempatkan Jayadrata sangat jauh dari Arjuna. Ribuan prajurit dan ksatria mengelilingi dan melindungi Jayadrata. Arjuna berusaha menjangkau Jayadrata, namun ribuan pasukan Korawa mengahalanginya. Hingga matahari hampir terbenam, Jayadrata masih jauh dari jangkauan Arjuna. Melihat hal ini, Kresna menggunakan kecerdikannya. Ia membuat gerhana matahari, sehingga suasana menjadi gelap seolah-olah matahari sudah tenggelam. Pihak Korawa maupun Pandawa mengira hari sudah malam, dan sesuai aturan, mereka menghentikan peperangan dan kembali ke kubu masing-masing. Dengan demikian, pihak Korawa tidak melanjutkan pertarungan dan Jayadrata tidak dalam perlindungan mereka lagi. Saat kereta Arjuna dekat dengan kereta Jayadrata, matahari muncul lagi dan Kresna menyuruh Arjuna agar menggunakan kesempatan tersebut untuk membunuh Jayadrata. Arjuna mengangkat busurnya dan meluncurkan panah, memutus leher Jayadrata. Tepat pada saat tersebut, hari sudah sore, matahari sudah tenggelam dan Arjuna berhasil menuntaskan sumpahnya untuk membunuh Jayadrata.

Penjelasan mengenai kematian Abimanyu

Abimanyu adalah inkarnasi dari putera Dewa bulan. Ketika Sang Dewa bulan ditanya oleh Dewa yang lain mengenai kepergian puteranya ke bumi, ia membuat perjanjian bahwa puteranya tinggal di bumi hanya selama 16 tahun sebagaimana ia tak dapat menahan perpisahan dengan puteranya. Abimanyu berusia 16 tahun saat ia terbunuh dalam pertempuran.

Putera Abimanyu, yaitu Parikesit, lahir setelah kematiannya, dan menjadi satu-satunya kesatria Keluarga Kuru yang selamat setelah Bharatayuddha, dan melanjutkan garis keturunan Pandawa. Abimanyu seringkali dianggap sebagai kesatria yang terberani dari pihak Pandawa, yang sudi melepaskan hidupanya saat peperangan dalam usia yang masih sangat muda.

Abimanyu dalam pewayangan Jawa

Dalam khazanah pewayangan Jawa, Abimanyu, sebagai putra Arjuna, merupakan tokong penting. Di bawah ini dipaparkan ciri khas tokoh ini dalam budaya Jawa yang sudah berkembang lain daripada tokoh yang sama di India.

Riwayat Abimanyu dalam versi pewayangan Jawa

Dikisahkan Abimanyu karena kuat tapanya mendapatkan Wahyu Makutha Raja, wahyu yang menyatakan bahwa keturunannyalah yang akan menjadi penerus tahta Para Raja Hastina. Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pangalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Ia merupakan putra Arjuna, salah satu dari lima ksatria Pandawa dengan Dewi Subadra, putri Prabu Basudewa, Raja Mandura dengan Dewi Dewaki. Ia mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Abimanyu merupakan makhluk kekasih Dewata. Sejak dalam kandungan ia telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang mamp membuatnya mengerti dalam segala hal. Setelah dewasa ia mendapat "Wahyu Cakraningrat", suatu wahyu yang dapat menurunkan raja-raja besar.

Abimanyu mempunyai sifat dan watak yang halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, Bagawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita. Ia mempunyai dua orang istri, yaitu:

* Dewi Siti Sundari, puteri Prabu Kresna, Raja Negara Dwarawati dengan Dewi Pratiwi;
* Dewi Utari, puteri Prabu Matsyapati dengan Dewi Ni Yutisnawati, dari negara Wirata, dan
berputera Parikesit.

Bharatayuda



Bambang Sumitra, mengendalikan kuda kereta perangnya melaju dengan cepatnya, memasuki medan laga Tegal Kurusetra.. Sedaaangkan  Abimanyu dengan gagah berani berdiri di atas kereta perang,nya yang ditarik  kuda pusaka Ciptawilaha, milik ayahandanya, Arjuna yang merupakan pemberian Resi Wilawuk sekaligus dengan  cemeti kyai Pamuk.

Suara lecutan pusaka cambuk kyai Pamuk, menggelagar di angkasa, Abimanyu berusaha menerobos pertahanan Astina  yang menggunakan gelar pertahanan Cakrabriha. yang diciptakan oleh para sesepuh Astina.. Hanya Bisma dan Resi Durna lah yang dapat menciptakannya.

Abimanyu mengimbangi lajunya kereta perang yang disaisi oleh Bambang Sumitra. Dan di sepanjang jalan, Abimanyu. memanah para senapati Astina, sehingga banyak para senapati Astina yang gugur..
Abimanyu berpapasan dengan uwa nya Adipati Karna. Adipati Karna menyapa Abimanyu, agar Abimanyu pulang saja karena masih terlalu muda untuk berperang.  Adipati Karna hanya  mengharap agar Arjuna saja  yang datang menandingi dirinya. Sehingga tidak terlalu banyak korban yang berjatuhan dalam perang ini.. Abimanyu homat kepada uwanya. Abimanyu hanya memberikan senyumannya pada uwanya,.Kreta perang Abimanyu  tetap melaju dengan cepatnya. Abimanyu tetap berjalan menuju pusat pertahanan Kurawa. Abimanyu   mengejar pembunuh saudara saudaranya para putera Arjuna. Prabakusuma, Brantalaras dan Wilugangga, yang telah gugur dimedan bakti. Abimanyu melepaskan panah panah saktinya ke arah pasukan Kurawa. banyak korban brjatuhan dari pihak Kuraawa..

Sementara itu Lesmana Mandrakumara melepaskan anak panah kepada sais Bambang Sumitra. Bambang Sumitrapun tewas terkena anak panah Lesmana Mnndrakumara. Dengan tewasnya Bambang Sumitra, menjadikan  kereta perang Abimanyu ,tidak terkendali. Keretapun terguling. Sementara itu Abimanyu behasil meloncat dari kereta perang dan melepaskan anak panah terhadap Lesmana Mandrakumara yang telah membunuh Bambang Sumitra, kakaknya,. .Lesmana Mandrakumara, anak Prabu Suyudana pun tewas terkena panah sakti Abimanyu. Kini Warsasena, anak Adipati Karna yang melihat tewasnya Lesmana Mandrakumara,menjadi terkejut dan tidak merelakan, maka ia berusaha membalas  kematian Lesmana Mandrakumara. Warsasena mencoba melawan Abimanyu. Namun Abimanyu lebih lincah dalam memanah. Sehingga Warsasena tewas pula terkena panah Abimanyu, gugurlah cucu kesayangan Batara Surya.  Abimanyu tanpa disadari semakin memasuki wilayah pertahanan Kurawa, yaitu Cakrabriha. Abimanyu terjebak dalam strategi perang Kurawa,  setelah mengejar pembunuh saudara saudaranyan,.tanpa memperhatikan strategi perang pihak Kuirawa,

Abimanyu mengejar para pembunuh saudara saudaranya, yang lari masuk kedalam daerah pertahanan Kurawa,  yaitu Cakrabriha. yang sudah dipersiapkan untuk menjebak Abimanyu.  Sehingga  terpisahlah Abimanyu dari Gatutkaca dan para tokoh Pendawa yang lain.

Sementara itu kuda pusaka Ciptawilaha, melihat majikannya di keroyok musuh, menjadikan kuda Ciptawilaha menjadi binal. Kuda Ciptawilaha menjadi beringas dan mengamuk di medan perang Tegal Kurusetra.

Kuda Ciptawilaha, dengan kekuatan kepalanya menyundang nyundang dan kaki kaki nya yang kokoh yang menenyepak nyepak,  melabrak pasukan Astina, sehingga pertahanan Cakrabriha menjadi kocar kacir, banyak para perajurit dan para Senapati terbunuh..Kurawa berlarian menyelamatkan diri, Sementara itu Pendita Durna meneriintahkan agar kuda Ciptawilaha ditangkap. Akhirnya Dursasana melempar jala untuk mennangkap kuda Ciptawilaha, Kuda Ciptawilaha pun tertangkap oleh Dursasana. Namun karena kuda itu bukan kuda sembarangan, maka tiba tiba kuda itupun sirna, tidak satu pun orang mengetahui keberadaan kuda Ciptawilaha sekarang.

Beberapa anak Panah  menancap pada tubuh Abimanyu. Makin lama makin banyak anak panah menancap ditubuh Abimanyu. Namun Abimanyu masih kokoh berdiri, dan masih kuat menarik gendewa serta melayangkan anak anak panah saktinya ke arah musuh. Abimanyu yang sudah diranjap ratusan anak panah yang menancap di seluruh bagian tubuh nya.. Abimanyu masih kokoh kuat  berdiri dfan masih kuat melayangkan anak panah saktinya kepada para musuh, Sakit akibat luka terkena panah tidak dirasa, sampai akhirnya Jayadrata seorang Kurawa pengecut harus beerbuat nista, Dengan diam diam mendekati Abimanyu dari belakabng, dan membabat kepala Abimanyu, hingga putus.. Keperkasaan Abimanyu pupus sudah.,  Abimanyu pun gugur. Gugurnya Abimanyu membuat bala Kurawa bersorak gegap gempita, Abimanyu mati, Abimanyu mati !!!

Berita gugurnya Abimanyu dan saudara saudaranya, membuat Arjuna tiada berdaya lagi. Disinilah peran Prabu Sri Bathara Kresna untuk membangun kembali semangat Arjuna. Namun Arjuna masih bersedih hati dan akhirnya  bersumpah bahwa ia akan membakar diri apabila sampai matahari terbenam belum bisa membalas kematian Abimanyu.

Prabu Sri Batara Kresna terperanjat mendengar sumpah Arjuna.Prabu Kresna menyayangkan sumpah Arjuna. Prabu Kresna berpikir keras, karena waktu sampai dengan matahari tenggelam, sangatlah singkat. Arjuna belum tentu bisa membunuh pelakunya. Prabu Kresna mohon pada Dewa, agar langit berubah seperti waktu matahari terbenam. Dewa agaknya memenuhi permintaan Prabu Sri Batara Kresna., yang tak lain titisan Bathara Wisnu Langit yang tadinya siang terang benderang, tiba tiba menjadi  senja menjelang malam. Kejadian perubahan waktu menjadi senja, idak ada seorangpun mengetahui, kalau semua itu perbuatan Prabu Kresna. Para Kurawa merasa senang tiibanya waktu senja, karena di waktu waktu itu Arjuna akan melakukan perbuatan bodohnya. yaitu melakukan  melaksanakan Pati Obong.

Para Kurawa tanpa takut takut lagi menonton Arjuna yang mau akan melakukan pati obong.Termasuk juga Jayadrata yang telah membunuh Abimanyu.Arjuna dan Prabu Kresna berdiri diatas panggung tempat pati obong, dengan api yang menyala nyala dibawahnya. Jayadrata terlihat membuka sedikit kain penutup jendela keretanya, sebagai tempat persembunyiannya, ingin juga ia melihat Arjuna melaksanakan pati obong. Namun ternyata Arjuna melihatnya, dengan cepat menarik anak panah Pasopati nya, dan bagai kilat, menyambar batang leher Jayadrata. Jayadrata tewas seketika.

Setelah Jayadrata tewas, langit menjadi siang kembali, perangpun terus dilanjutkan sampai matahari tenggelam.

Jayadrata adalah pangeran dari kerajaan Banakeling. Ayahnya bernama Begawan Sapwani. Jayadrata adalah anak ciptaan begawan Sapwani, Waktu itu Begawan Sapwani, sudah lama menikah, namun belum mendapatkan seorang puterapun. Begawan Sapwani kemudian pergi bertapa di hutan Setragandamayit, tempat bayi bungkus dibuang.

Kelahiran Bratasena, berkat bantuan seekor gajah putih yang dikirim oleh para dewa, dari Kahyangan. Gajah yerseburt  bernama Gajahsena. Gajahsena membantu kelahiran bungkus, yaitu dengan menginjak injak bayi bungkus sampai bungkus itu pecah. Bayi Bungkus pun lahirlah. Bungkus terkejut, ada seekor gajah besar didekatnya,yang akan menginjaknya. Bungkus menjadi marah. Bayi bungkus ada di dalam bungkus selama berumur 10  tahun,  ia menempeleng kepala gajah sebesar itu. Gajahsena  pecah kepalanya.

Karena Gajahsena terbunuh oleh Bungkus, maka olehBatara Narada yang turun dari kahyangan, Bungkus diberi nama Sena atau Bratasena. Sedangkan bungkust empat bayi itu tertinggal di hutan, yang kemudian ditemukan Begawan Sapwani. Oleh Begawan Sapwani,  di ciptakannya menjadi seorang bayi laki laki. Oleh Begawan Sapwani bayi itu diberi nama Jayadrata atau Tirtanata.

Begawan Sapwani sangat sayang kepada puteranya yang selalu memantau kemana pergi puteranya, walaupun dari jarak jauh. Sampai Begawan Sapwani melihat kesengsaraan yang dialami puteranya,maka dengan kekuatan  batinnya, ia memanggil kembali puteranya, agar kembali kepertapaan Banakeling. Namun yang datang hanya kepala puteranya. Sang Begawan sangat sakit hatinya. Melihat keadaan puteranya, yang tinggal kepalanya,. Maka dengan kesaktiannya, sang Begawan Sapwani menghidupkan kembali puteranya Jayadrata, dan mengirimkannya kembali ke medan perang Tegal Kurusetra. Sementara itu putera putera Arjuna, yang sedang berperang, Kumalasekti, Kumala dewa, Antakadewa,Bambang Wijanarka terkejut ketika tiba tiba saja datang kepala Jayadrata. Mereka digigitnya sampai mati. Jayadrata mnjadi "gundul pringis" yang sangat mengerikan. Sisa Putera laki laki Arjuna yang masih hidup,  semua binasa digigit kepala Jayadrata.



Melihat keadaan itu. Prabu Kresna dengan kesaktiannya, dari jarak jauh, menemui Begawan Sapwani , memperingatkan Begawan Sapwani, jangan menyakiti putranya Jayadrata. Karena ia sudah meninggal, dan sudah tentram di alam kalanggengan. Begawan Sapwani tidakmau tahu, ia tidak meelakan  kematian  putranya Jayadrata oleh Arjuna, sehingga sukmanya tidak tenteram, dan ingin membalas dendam.

Terjadilah adu kesaktian antara keduanya, Prabu Kresna memuja agar Jayadrata mati, namun Begawan Sapwani memuja hidup puteranya. Berpuluh kali Prabu Kresna mengatakan mati, tetapi Begawan Sapwani menjawab hidup.Setiap kali Prabu Kresna bilang mati, maka Jayadrata yang berujud hanya kepala, mati. Namun apabila ayahnya, Begawan Spwani bilang hidup, maka hidup pula Jayadrata.  Prabu Kresna capek juga menanti Begawan Sapwani untuk mengatakan mati pada Jayadrata.Terakhir Prabu Kresna  memuja mati, mati, mati, Prabu Kresna menyelipkan memuja hidup !!!,  tanpa diduga. Begawan Sapwani mengatakan mati !!!. Sehingga matilah kepala Jayadrata.

Pada waktu perabuan jasad Abimanyu, kedua istri Abimanyu, Dewi Siti Sendari dan Dewi Utari ingin ikut belapati, masuk dalam api yang sedang menyala-nyala membakar jasad Abimanyu. Namun Prabu Sri Batara Kresna hanya memperbolehkan Dewi Siti Sendari. Sedangkan Dewi Utari tidak diperkenankan, karena masih hamil mengandung bayi calon pewaris tahta Astinapura dari pihak Pandawa. Abimanyu gugur dalam Perang Baratayudha pada usia 16 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar